Hati-Hati! Utang Produktif Bisa Berubah Jadi Utang Konsumtif
Sudah banyak yang sadar jika ternyata utang itu tidak selalu memberatkan. Ada jenis hutang yang justru membuat finansial seseorang menjadi lebih bagus. Ini yang sering disebut dengan utang produktif.
Sayangnya, orang tidak mengetahui lebih mendalam tentang apa yang dimaksud dengan jenis utang yang satu ini. Mereka hanya memahami di tataran permukaan sehingga yang terjadi adalah utang produktif yang mereka ambil berubah jadi utang konsumtif.
Perbedaan antara Utang Produktif vs Uang Konsumtif
Sebelum membahas lebih jauh mengapa hutang produktif jadi hutang konsumtif, kamu harus ketahui dulu apa itu hutang produktif dan konsumtif. Secara sederhana, utang yang produktif itu utang yang menguntungkan. Nilai uang yang dihutang semakin naik. Contohnya saja kamu hutang sejumlah uang kepada pihak bank yang kamu gunakan untuk membesarkan usaha. Profit yang kamu dapatkan dari usaha tersebut jauh lebih tinggi daripada nilai hutang beserta bunga yang kamu harus bayarkan.
Contoh lainnya lagi adalah KPR atau Kredit Pemilikan Rumah. Memang ini debatable. Namun, secara umum, nilai uang dengan nilai tanah dan juga rumah itu beda, bukan? Nilai uang semakin turun karena inflasi. Sementara itu, harga rumah dan juga tanah semakin naik. Itulah yang membuat KPR dianggap sebagai hutang produktif.
Lalu, bagaimana dengan hutang konsumtif? Contohnya mudah. Misalnya saja kamu hutang sejumlah uang untuk membeli mobil. Seperti yang kamu ketahui, harga mobil itu terus turun jika sudah digunakan. Padahal, uang yang kamu pinjam harus dibayar dengan bunga.
Jadi, jelas kan bedanya antara utang produktif dengan utang konsumtif?
Baca juga: 5 Cara Efektif Terhindar dari Utang Sejak Muda
Yang Menjadikan Uang Produktif Jadi Konsumtif
Lalu, apa yang membuat hutang produktif bisa jadi hutang konsumtif? Dalam hal ini, ada beberapa faktor penyebab. Salah satu faktornya adalah ratio hutang yang tidak sehat. Sekalipun kamu hutang untuk kepentingan atau untuk memajukan usaha, jangan sampai ratio hutang tidak sehat. Apa artinya? Yaitu keuntungan yang kamu dapatkan dari usaha yang kamu jalankan tidak bisa menutupi uang yang harus kamu angsur. Bukannya memajukan usaha, tapi bisa saja justru tabungan kamu terkuras karena harus digunakan untuk membayar angsuran.
Faktor lainnya adalah bunga yang terlalu tinggi. Sekalipun kamu berhutang untuk membesarkan bisnis, kamu harus pilih jenis pinjaman dengan bunga yang rendah. Ada banyak sekali jenis pinjaman sekarang ini yang bisa kamu pilih. Pelajari masing-masing jenis pinjaman dan pilih mana yang menawarkan bunga yang relatif rendah.
Ada juga faktor lain, yaitu manajemen yang kurang bagus. Ratio hutang mungkin sudah sehat. Bunga juga tidak terlampau tinggi. Uang pinjaman bisa digunakan untuk memajukan usaha. Akan tetapi, manajemen bisnis yang amburadul membuat beban usaha juga semakin tinggi. Misalnya saja biaya produksi yang kurang efektif sehingga membuat keuangan perusahaan tidak stabil. Akibatnya, angsuran pun tidak bisa dilakukan secara rutin. Utang produktif otomatis menjadi utang konsumtif karena seseorang harus mengambil tabungan pribadi untuk membayar angsuran.
Jadi, bukan hanya jenis hutang produktif saja yang harus kamu pilih. Kamu juga perlu tahu hal-hal lain yang harus diantisipasi agar utang produktif yang kamu ambil tidak menjadi utang konsumtif. Jika perlu, kamu bisa diskusikan dengan orang yang ahli di bidang keuangan, terutama ketika kamu ingin berhutang untuk memajukan bisnis dalam jumlah yang tidak sedikit.