Mampukah Wisata Halal Membantu Ekonomi Syariah Indonesia?
Wisata halal belakangan ini sering dibicarakan. Walau begitu, masih banyak yang menganggap jenis wisata ini sama dengan wisata religi. Padahal, keduanya ternyata berbeda, lho. Jika destinasi wisata religi umumnya berupa ziarah ke makam tokoh-tokoh penting, wisata halal bisa lebih dari itu. Alih-alih destinasi, wisata ini lebih menyoroti para pelakunya.
Destinasi wisata halal mirip dengan wisata lain pada umumnya, hanya saja di lokasi-lokasi ini tata cara berperilaku (adab) diatur serupa dengan tata cara Islam. Ciri yang paling terlihat adalah adanya tempat makan yang menyediakan menu halal. Selain itu, destinasi wisata ini biasanya juga menyediakan ruang untuk melakukan ibadah salat.
Lalu, jika dikaitkan dengan ekonomi syariah Indonesia, bagaimana peran wisata halal sendiri? Mampukah jenis wisata ini membantu ekonomi syariah tanah air?
Kepopuleran wisata halal
Akhir-akhir ini, jumlah wisatawan muslim semakin bertambah. Menurut data dari Global Muslim Travel Index (GMTI), mulai tahun 2000, terdapat 20 juta wisatawan muslim di dunia. Bahkan jumlah ini meningkat menjadi 98 juta pada tahun 2010. Puncaknya, di tahun 2017 wisatawan Muslim meroket hingga 131 juta orang.
Jadi, tidak heran jika pemerintah untuk terus menggencarkan wisata ini untuk membantu sektor ekonomi syariah. Bayangkan saja, hanya dengan sekian persen wisatawan Muslim di dunia berkunjung ke destinasi wisata halal Indonesia, pemasukan ekonomi syariah kita juga akan bertambah. Hal ini telah terbukti pada negara yang memiliki sistem ekonomi syariah kuat seperti Malaysia.
Pasar wisata halal terus tumbuh
Tidak hanya jumlah wisatawannya saja yang meningkat, angka pertumbuhan pasarnya ternyata juga terus tumbuh. Masih dari data GMTI, di tahun 2020, angka pertumbuhan wisata halal diprediksi akan menyentuh US$220 miliar. Bahkan jika tren positif ini bisa terus dipertahankan, pertumbuhan ini akan mencapai US$300 miliar pada tahun 2026.
Hal ini didorong adanya diversifikasi dalam wisata halal. Wisata ini turut berkembang sesuai dengan demografi para pelakunya. Sebagai contoh, saat ini banyak remaja yang gemar traveling tanpa melupakan kewajiban dalam keyakinan mereka. Dampaknya, mereka membutuhkan fasilitas tambahan yang terkait dengan hal tersebut (tempat ibadah dan makanan halal).
Jadi, jika mampu merangkul tren semacam ini, wisata halal bisa berkembang pesat. Di Indonesia sendiri, wisata semacam ini terus bertumbuh tumbuh. Buktinya bisa dilihat dari peringkat GMTI, Indonesia hanya kalah dari Uni Emirat Arab dan Malaysia. Jika pencapaian ini ditindaklanjuti dengan baik, roda ekonomi syariah Indonesia yang sempat tersendat pun tentu bisa berjalan lagi.
Ekonomi syariah bukan hanya soal perbankan
Selama ini, ekonomi syariah di Indonesia masih dikuasai sektor perbankan, Tidak hanya itu, pemahaman masyarakat mengenai ekonomi syariah juga masih terbatas pada bank-bank syariah. Padahal cakupan sistem ekonomi syariah luas, untuk bisa menggenjot sistem ekonomi ini pun tidak harus bergantung pada perbankan saja.
Nah, wisata halal adalah sebuah solusi yang tepat. Masyarakat Indonesia rasanya lebih familier dengan sektor pariwisata daripada sektor perbankan. Jadi kontribusi mereka diharapkan bisa lebih banyak. Masyarakat bisa membantu sebagai wisatawan atau justru fasilitator dalam hal ini. Untuk itu, tidak ada salahnya jika pemerintah menggalakkan wisata halal untuk membantu ekonomi syariah Indonesia.
****
Wisata halal merupakan alternatif wisata yang mulai digemari banyak orang. Dalam wisata ini, yang digarisbawahi bukan soal destinasi melulu, tapi juga soal kuliner, fashion, hingga wellness. Tidak mengherankan jika wisata ini mulai digalakkan pemerintah untuk menggenjot ekonomi syariah Indonesia. Bagaimana menurutmu?