Pembiayaan Agrikultur: Solusi Peningkatan Ekonomi Rakyat

Pembiayaan Agrikultur
Pembiayaan Agrikultur: Solusi Peningkatan Ekonomi Rakyat. Photo by Pixabay
Waktu baca: 7 menit

Agrikultur serta pembiayaan agrikultur adalah sebuah istilah yang sudah tak asing lagi di telinga kamu. Akan tetapi bisa jadi kamu belum paham dengan apa yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut. 

Istilah agrikultur memang lekat dalam keseharian, karena Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis sehingga memiliki kekayaan alam berupa tanah subur. Kesuburan tanah inilah yang menjadikan Indonesia menjadi negara agrikultur dengan potensi alamnya yang melimpah. 

Agrikultur itu sendiri merupakan sebuah istilah yang cakupannya sangat luas, meliputi banyak hal selain pertanian. Nah dalam rangka meningkatkan potensi sumber daya alam agar berdaya maksimal itulah muncul istilah pembiayaan agrikultur.

Pengertian Agrikultur

Agrikultur adalah suatu istilah bidang biologi yang menggambarkan upaya manusia di dalam menciptakan pangan dari bidang pertanian tanaman dan hewan. Upaya tersebut tentu saja akan memerlukan tenaga manusia dalam pelaksanaan proses budidayanya. 

Dengan pengembangan agrikultur yang tepat maka manusia akan dapat melanjutkan kelangsungan hidupnya. Yaitu dengan cara menghasilkan berbagai bahan makanan, baik berupa produk asli maupun bahan olahan dan lain sebagainya.

Melalui agrikultur juga manusia akan dapat menjadikannya sebagai lahan potensial untuk mencari nafkah sehingga mampu untuk meningkatkan taraf hidupnya. Cakupan agrikultur yang luas itu meliputi pertanian, perhutanan, perkebunan, perikanan, dan masih banyak lagi. 

Di Indonesia bidang agrikultur yang masuk ke dalam bisnis manufaktur memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Itulah mengapa perlu adanya optimalisasi agrikultur melalui peningkatan sumber daya manusia agar kompeten dan terampil melalui pembiayaan agrikultur.

Contoh Produk Agrikultur

Ada banyak sekali contoh agrikultur yang dapat kamu temukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini beberapa contoh produk agrikultur yang cukup populer diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sektor Kehutanan

Contoh produk agrikultur yang pertama berasal dari sektor kehutanan. Yaitu kayu, getah, gondorukem, madu, gaharu, resin gaharu, jati, rotan, damar, sagu, mahoni, kemiri, anggrek hutan, dan lain sebagainya.

2. Sektor Peternakan

Berikutnya adalah sektor yang mengandalkan hasil produksi dari hewan ternak, yaitu sektor peternakan. Contoh produk agrikultur dari sektor peternakan antara lain adalah daging, telur, susu, bulu hewan, dan masih banyak lagi lainnya. 

3. Sektor Perikanan

Contoh produk yang berasal dari sektor perikanan antara lain adalah ikan, terumbu karang, kerang, garam, teripang, mutiara, udang, rumput laut, kepiting, dan lain sebagainya.

4. Sektor Pertanian

Contoh produk dari sektor pertanian mencakup antara lain padi, kacang kedelai, buah-buahan, jagung, gandum dan singkong. Selain itu juga ada sayur-sayuran, kentang, ubi jalar serta berbagai bentuk olahan bahan pangan dari berbagai jenis tanaman tersebut.

5. Sektor Perkebunan

Sedangkan contoh produk pada sektor perkebunan antara lain adalah teh, kopi, coklat, karet, tebu, kina, kakao dan kelapa sawit. Ada juga hasil perkebunan berupa vanili, kacang mete, tembakau dan berbagai olahan produk perkebunan lainnya.

Pengertian Pembiayaan

Istilah pembiayaan mengacu pada kegiatan pendanaan yang bermaksud untuk mendukung suatu aktivitas investasi yang terencana. Kegiatan pendanaan tersebut dapat dilakukan secara mandiri atau melalui bantuan dari pihak lainnya.

Dalam konteks pembiayaan agrikultur, maka pemilik sektor agrikultur tersebut bisa mendapatkan perolehan dana dari lembaga pembiayaan. Baik itu melalui sektor perbankkan atau melalui pihak lainnya seperti unit usaha syariah, BPRS, dan pembiayaan informal.

Nantinya pembiayaan yang diperoleh akan menjadi sebuah dukungan pendanaan bagi pemenuhan kebutuhan atau pengadaan barang. Dana pembiayaan dapat juga untuk melakukan penambahan aset atau jasa tertentu. 

Mekanisme pembiayaan tersebut umumnya akan melibatkan tiga pihak, yaitu:

  1. Pihak pemberi pendanaan.
  2. Pihak penyedia barang, aset, atau jasa tertentu.
  3. Pihak yang memanfaatkan barang, aset, atau jasa tertentu tersebut (petani tanaman/hewan).

Namun pada praktiknya ada juga mekanisme pembiayaan yang hanya melibatkan dua pihak. Contohnya adalah pembiayaan emas di bank atau pembiayaan dengan cara sale and lease back (jual dan sewa balik).

Prinsip Pembiayaan

Dalam pelaksanaan proses pembiayaan, baik pembiayaan umum maupun pembiayaan agrikultur terdapat konsep 3R meliputi Return, Risk bearing ability dan Repayment. 

1. Return 

Dalam hal ini return berarti pengembalian. Artinya pada suatu proses pemberian pembiayaan maka akan muncul keuntungan yang akan menjadi bagian dari pihak pemberi dana pembiayaan. 

Nantinya dengan perhitungan sedemikian rupa, pengembalian tersebut akan dapat menutup pengembalian modal awal pembiayaan yang cair.

2. Risk Bearing Ability

Setiap bank atau pihak pemberi dana pembiayaan harus memiliki kemampuan untuk menanggung resiko dari setiap calon nasabahnya. 

Untuk itu pihak pemberi dana pembiayaan harus terampil menilai sejauh mana calon penerima dana akan mampu mengatasi risiko kegagalan dalam proses return.

3. Repayment

Arti Repayment, pihak pemberi dana harus mampu memperhitungkan berapa lama pihak penerima dana pembiayaan dapat membayar kembali pinjamannya. Tentu saja dalam hal ini harus disesuaikan dengan kemampuan membayar kembali dari pihak penerima dana. 

Peranan Agrikultur dalam Perekonomian Indonesia

Dari contoh produk di atas kamu pasti paham jika sektor agrikultur memiliki peran besar dalam roda perekonomian negara. Melalui proses agrobisnis maka sektor agrikultur pun dapat dikatakan merupakan penyumbang terbesar bagi pendapatan negara.

Dari semua sektor yang ada di dalam agrikultur, sub sektor pertanian merupakan sektor yang paling strategis. Mengapa? Setidaknya ada lima alasan yang menjadikan sub sektor pertanian menjadi sangat penting di Indonesia, yaitu:

  1. Pertanian adalah sebuah sektor yang menjadi pemasok bagi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. 
  2. Pertanian juga merupakan pemasok utama bagi ketersediaan bahan baku bagi sektor industri, khususnya bidang agroindustri. 
  3. Pertanian mampu memberikan kontribusi besar bagi devisa negara lewat beragam komoditas yang diekspor. 
  4. Lahan pertanian telah menjadi sarana penyerapan tenaga kerja di pedesaan. 
  5. Sektor pertanian merupakan bagian tak terpisahkan dari keseimbangan ekosistem (lingkungan).

Fakta Agrikultur di Indonesia

Melihat besarnya peranan bidang agrikultur tersebut dalam perekonomian sekaligus kelestarian lingkungan maka tak terbantahkan jika bidang ini harus menjadi prioritas. 

Akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut jauh dari harapan ideal. Hal ini tercermin dari sektor terpenting agrikultur yaitu sub sektor pertanian.

Saat ini pertanian di tanah air sedang berada di persimpangan jalan. Di satu sisi sebagai sub sektor penunjang kehidupan masyarakat, pertanian membutuhkan pertumbuhan ekonomi melalui pembiayaan agrikultur agar kuat dan berkembang.

Akan tetapi kenyataannya sebagai sektor yang dapat menjadi komponen utama dalam program pengentasan kemiskinan, sub pertanian justru terpuruk. Dari banyak sensus pertanian terdapat kenyataan jika kondisi petani justru kian terpinggirkan. 

Misalnya dari hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan jika jumlah rumah tangga petani gurem sebanyak 14,2 juta rumah tangga. Petani gurem ini adalah petani penggarap lahan kurang dari 0,5 ha.

Nilai ini mengalami peningkatan dari hasil sensus sebelumnya. Yaitu Sensus Pertanian 2003, yang mana jumlah petani gurem adalah 13,7 juta rumah tangga. 

Ini artinya semakin banyak petani di Indonesia yang hanya menjadi buruh penggarap lahan milik orang lain. Sebab dengan luasan lahan yang tak lebih dari 0,5 ha tentulah tak banyak hasil yang akan didapat bukan? Itulah mengapa petani gurem pun hidup di bawah garis kemiskinan.

Pembiayaan Agrikultur 

Dari uraian di atas kamu pasti paham jika sektor agrikultur harus bangkit. Tujuannya tentu saja agar mampu meraih kembali peran pentingnya untuk membangun perekonomian nasional. Tentu saja nantinya ini termasuk membangun perekonomian daerah di masing-masing wilayah.

Salah satu jalan untuk membangkitkan kembali kemampuan sektor agrikultur terutama sub sektor pertanian untuk bangkit lagi adalah pembiayaan agrikultur. Melalui pembiayaan tersebut diharapkan fungsi sebagai sarana ketahanan pangan masyarakat akan kembali pulih. 

Selain itu fungsi tambahan lain seperti sebagai sumber pendapatan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan dan penyedia lapangan kerja juga dapat teraih. 

Pastinya itu semua membutuhkan keterlibatan peran dari banyak pihak yang terkait. Mulai dari petani itu sendiri, pihak pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, serta berbagai lembaga keuangan di tanah air. 

Pada akhirnya pembiayaan agrikultur yang terlaksana juga harus melalui dukungan dengan sistem perencanaan yang terpadu dan berkelanjutan. Dengan peyeimbangnya adalah ketersediaan dana anggaran yang memadai.

Alasan Pembiayaan Agrikultur Sangat Penting

Ada beberapa alasan dasar mengapa pembiayaan di sektor agrikultur ini menjadi hal yang sangat penting, yaitu antara lain:

1. Memperkuat Sub Sektor Pertanian

Untuk dapat memperkuat posisi sub sektor pertanian, maka pelaku usaha pertanian pasti membutuhkan ketersediaan dana. Padahal dari data Sensus Pertanian 2013 di atas jelas terpampang kenyataan jika kondisi mayoritas petani tanah air dalam garis kemiskinan.

2. Modernisasi Pada Semua Fasilitas di Sub Sektor Agrikultur

Saat memasuki era teknologi modern, maka pengerahan modal untuk alat-alat atau sarana produksi lainnya adalah suatu keharusan. Dengan modernisasi fasilitas pada semua sub sektor di agrikultur maka diharapkan akan tercapai peningkatan ekonomi daerah dan nasional.

3. Meningkatkan Kapasitas SDM

Nantinya fungsi dana pembiayaan tersebut akan menjadi modal bagi para pelaku usaha agrikultur untuk melakukan peningkatan kapasitasnya. Salah satu contohnya adalah dengan mengadopsi teknologi pasca panen atau teknologi pemberian pupuk yang berimbang.

Selain itu dana pembiayaan juga dapat berguna untuk pengadaan pembelian benih yang bermutu.  

4. Mencegah Perubahan Alih Fungsi lahan

Berkaitan dengan keseimbangan lingkungan hidup secara nasional dan global, maka mempertahankan fungsi asli lahan agrikultur adalah hal yang sangat penting. 

Kenyataan di lapangan banyak pelaku usaha yang karena keterbatasan dana akhirnya tergiur untuk terpaksa melepaskan hak untuk mengendalikan usahanya. Misalnya saja peristiwa pengalihan lahan pertanian menjadi lahan pertambangan di Kalimantan Timur.

Sumber Pembiayaan Agrikultur

Sampai di poin ini sudah jelas jika pembiayaan agrikultur adalah sebuah komponen wajib yang harus ada jika ingin sektor agrikultur kembali berjaya. Lantas darimana sajakah sumber pembiayaan bagi pelaku usaha petani, peternak dan pekebun tersebut berasal?

1. Kredit Non-Program  

Sumber pembiayaan agrikultur yang pertama adalah kredit non-program. Yaitu sebuah jenis kredit yang pengajuan dan penyalurannya menggunakan mekanisme pasar. Untuk jenis kredit ini bunga yang teraplikasikan adalah jenis bunga komersial. 

Contohnya pembiayaan dari Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Pegadaian dan Koperasi Simpan Pinjam. 

2. Kredit Program

Sumber pembiayaan berikutnya adalah Kredit Program. Yaitu sebuah jenis kredit yang implementasinya berkaitan dengan program sektoral pemerintah. Jenis kredit ini biasanya adalah kredit bersubsidi. 

Contohnya, di sub sektor pertanian terdapat jenis kredit KKP-E3, Bimas, KUT, atau Kredit Usaha Rakyat (KUR).

3. Pelepas Uang

Selain 2 jenis pembiayaan di atas, pelaku usaha juga dapat memperoleh pembiayaan agrikultur melalui jalur non formal. Biasanya hal ini dilakukan oleh para pelaku usaha di daerah-daerah terpencil yang masih minim akses ke lembaga pembiayaan formal.

Contohnya, pembiayaan dari pelepas uang yang ada di desa tempat tinggal pelaku usaha.

4. Tengkulak

Sumber pembiayaan agrikultur lainnya adalah melalui lembaga pembiayaan informal Tengkulak. Jenis pembiayaan ini akan memberikan pelaku usaha sejumlah modal untuk biaya operasional dengan perjanjian hasil panen menjadi miliknya dengan kesepakatan tertentu.

5. Kios Sarana Produksi

Sumber pembiayaan agrikultur yang terakhir adalah pembiayaan dari kios sarana produksi. Sistem pembiayaan ini menggunakan model pembayaran Yarnen, yaitu pembiayaan akan dibayar setelah panen.

Tentu saja ketiga sumber pembiayaan non formal yang terakhir ini sangat tidak disarankan untuk dimanfaatkan oleh pelaku usaha agrikultur. Hal tersebut mengingat ketiganya akan mengenakan biaya bunga yang sangat tinggi, yang pada akhirnya akan sangat memberatkan.

Akan tetapi karena sumber pembiayaan non-formal ini memiliki kelebihan, maka masih banyak pelaku usaha agrikultur di daerah yang tertarik. Kelebihan tersebut antara lain cepat dalam penyaluran, fleksibel menyediakan jumlah pinjaman, dan persyaratan yang sederhana.

Inovasi Pembiayaan Agrikultur

Poin paling akhir yang harus menjadi perhatian pihak terkait dalam hal pembiayaan sektor Agrikultur adalah dibutuhkannya inovasi pada lembaga pembiayaan. Beberapa inovasi tersebut dapat kamu lihat rinciannya sebagai berikut:

1. Perubahan Pola Pengembalian Pinjaman

Pola pengembalian pinjaman dari lembaga pembiayaan yang saat ini teraplikasikan tidak cocok dengan kemampuan pengembalian dari para pelaku usaha agrikultur. Pola pengembalian yang sekarang adalah pembayaran rutin sebulan sekali.

Pola pengembalian model ini dari hari ke hari ternyata sangat memberatkan dari pihak pengelola agrikultur, khususnya bagi para petani. Pasalnya para petani baru akan mendapatkan dana ketika selain musim panen.

Pun demikian pada pola pengembalian pembiayaan dari Pegadaian yang menerapkan sistem pembayaran setiap 15 hari. Padahal di negara lain, contohnya Jepang sudah menerapkan sistem grass period, yaitu sistem pengembalian pinjaman dilakukan berdasarkan musim panen.

2. Perubahan Persyaratan Pengajuan Pembiayaan

Hal lain yang juga harus berubah selain persoalan pola pengembalian adalah perubahan pada persyaratan pinjaman dari lembaga pembiayaan konvensional. Selama ini persyaratan yang ada pada pihak lembaga non formal jauh lebih mudah bagi para pelaku usaha agrikultur.

Meskipun para pelaku usaha paham jika ada bunga tinggi yang harus terbayarkan sebagai konsekuensinya, namun hal tersebut tak menjadi masalah. Mengapa? Karena ada keadaan mendesak untuk memenuhi kebutuhan akan dana operasional.

Untuk itulah lembaga pembiayaan harus membuat terobosan baru agar persyaratannya tak lagi terlalu rumit. 

3. Melakukan Penunjukkan Lembaga Keuangan Khusus

Terobosan lain di bidang pembiayaan sektor agrikultur yang juga harus dilakukan adalah melakukan penunjukan lembaga khusus untuk menanganinya. Namun pembentukan bank khusus petani tersebut hingga saat ini masih terganjal oleh UU yang ada. 

Sehingga pihak otoritas terkait harus berinovasi memasukkan persoalan tentang pembiayaan petani ini ke dalam draft RUU tentang Perlindungan dan Pembiayaan Petani.

Jadi pembiayaan agrikultur adalah pekerjaan rumah besar bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya. Membutuhkan komitmen, kedisiplinan sekaligus langkah inovatif yang aplikatif di lapangan demi menggerakkan kembali roda agrikultur Indonesia.

Mungkin Anda juga menyukai