Gagal Bayar Pinjaman di P2P Lending, Ini yang Perlu Kamu Lakukan!
Risiko gagal bayar pinjaman selalu ada. Tidak terkecuali di pendanaan Peer to Peer Lending. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan?
Istilah peer to peer lending disebut juga dengan fintech lending. Ini merupakan alternatif pendanaan yang diberikan oleh individu ke individu lain. Pendanaan ini sangat populer lantaran ditawarkan dengan kemudahan untuk mendapatkan dana tanpa proses yang rumit.
Skema ini pun banyak diikuti sebagai bagian dari investasi. Seperti investasi lainnya, tentu ada risiko bagi lender. Contohnya adalah risiko adanya gagal bayar pinjaman dari borrower.
Ketika kondisi tersebut terjadi, lender tidak perlu panik secara berlebihan. Sebaliknya, lakukan beberapa hal untuk menanganinya. Di sini, kamu akan mempelajari bagaimana cara menghadapi risikonya di bawah ini.
Apa Itu Gagal Bayar P2P Lending?
P2P Lending merupakan bagian dari investasi yang kegiatannya berkaitan dengan pinjam meminjam berbasis teknologi secara langsung. Di platform ini mewadahi sejumlah lender (pemberi pinjaman) dan borrower (peminjam).
Seperti jasa pinjaman lainnya, tentu ada risiko yang mana peminjam gagal melakukan pembayaran. Kondisi tersebut memungkinkan lender mengalami masalah. Yakni, dana pengembalian tertahan dan kemungkinan tidak bisa dikembalikan.
Di dunia fintech sendiri, pinjaman dikatakan gagal bayar ketika terjadi keterlambatan bayar lebih dari 90 hari dari jatuh tempo. Tetapi bila hanya terlambat 1-2 hari, kondisi ini tidak dikatakan sebagai gagal bayar.
Ketika terjadi gagal bayar pinjaman, platform pinjaman online (fintech lending) bukan yang gagal bayar. Melainkan, borrower yang mengalami kegagalan.
Alasannya, fintech ini hanya bertindak sebagai perantara antara lender dan borrower. Tidak ada tanggung jawab dari fintech untuk mengembalikannya. Hanya saja, fintech yang bertindak sebagai perantara ini akan membantu dalam menyelesaikannya.
Contohnya adalah membantu lender untuk membuat proses penagihan pada borrower. Proses penagihan akan berjalan sebagaimana mestinya. Nantinya, pinjaman yang gagal bayar bisa segera dilunasi melalui skema yang ditentukan.
Baca juga: 3 Risiko Jika Tidak Bayar Pinjaman Online
Hal-Hal yang Perlu Dilakukan saat Gagal Bayar Pinjam P2P Lending
Risiko dari Financial Technology ini adalah gagal melakukan pembayaran. Ini bisa merugikan bagi lender yang telah menginvestasikan dana di dalamnya. Ketika terjadi kondisi tersebut, lender bisa melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Lakukan Pemeriksaan Mendalam Terkait Pinjaman
Untuk mengawalinya, lakukan pemeriksaan terkait pinjaman yang kamu berikan. Pemeriksaan ini mencakup keberadaan agunan, proteksi asuransi hingga pendapatan bersih.
Ketika campaign menyertakan agunan, pengembalian dana akan lebih besar. Pasalnya, agunan ini bisa dimanfaatkan untuk proses penagihan dengan kekuatan hukum.
Begitu pula campaign pinjaman dilengkapi proteksi asuransi. Risiko kegagalan bayar bisa diatasi dengan klaim asuransi. Biasanya, waktu klaim ini mencapai 14 hari atau lebih.
Meskipun cukup lama, tetapi dana pengembalian ini jauh terjamin. Kamu tidak perlu khawatir akan mengalami kerugian yang besar.
Kemudian, perhatikan pendapatan dari bunga bersih. Misalnya apakah masih dalam tren positif atau tidak.
Cara menghitungnya adalah net interes income (pendapatan bunga) dikurangi dengan NPL (gagal bayar) dan tak tertagih.
Ketika penerimaan yang didapatkan telah lebih, ini berarti dana yang diinvestasikan selama kurun beberapa bulan/tahun masih bagus. Kamu sebagai lender tidak mengalami kerugian meskipun terjadi risiko gagal bayar pinjaman.
2. Hubungi Platform P2P Lending
Langkah selanjutnya yang dilakukan lender tentu saja menghubungi platform tersebut. Pasalnya, platform inilah yang meyakinkan kamu untuk memberikan pinjaman kepada borrower.
Platform tersebut pun sudah menyeleksi sejumlah borrower secara ketat. Hanya saja, beberapa kejadian tak terduga menyebabkan peminjam tidak dapat mengembalikannya.
Meskipun platform ini tidak bertanggung jawab dalam pengembalian dana, tetapi platform ini bisa memberikan fasilitas bagi lender. Yakni, memfasilitasi lender dengan bantuan penagihan.
Platform akan membantu untuk menagih pinjaman. Bahkan, memberikan kompensasi pada lender sesuai ketentuan platform.
3. Tunggulah Proses Penagihan
Setelah menghubungi platform, biasanya platform akan memproses penagihan tersebut. Proses penagihan ini melibatkan perusahaan penagih utang.
Di sini, lender hanya perlu bersabar untuk menunggu prosesnya berjalan. Meskipun harus menunggu waktu cukup lama, tetapi lender akan menerima pembayaran dari peminjam sebelumnya.
Yang perlu diingat, penagihan ini tidak dilakukan oleh fintech secara langsung terhadap peminjam. Menurut ketentuan hukum, penagihan ini harus menggunakan jasa penagih yang profesional.
4. Evaluasi Pendanaan
Langkah terakhirnya adalah mengevaluasi pendanaan. Ini juga penting untuk dilakukan oleh lender.
Mengevaluasi kinerja dari platform sangat penting untuk menjaga aset. Setidaknya, kasus yang terjadi bisa dijadikan sebagai rujukan. Misalnya bagaimana perusahaan menangani kasus gagal bayar tersebut.
Ketika penanganannya bagus, ini bisa memberikan jaminan bagi lender untuk mengalokasikan dana. Tentunya, hal ini bisa meyakinkannya untuk terus menggunakan instrumen tersebut agar memperoleh peningkatan aset di masa depan.
Tetapi bila prosesnya sulit dan cara kerjanya kurang baik, kamu bisa mempertimbangkan untuk tidak melanjutkannya. Karena, proses yang sulit ini akan sangat berisiko terhadap kesehatan finansial.
Kesimpulannya, gagal bayar pinjaman ini menjadi risiko yang umum terjadi dalam dunia fintech. Ketika mengalokasikan dana di perusahaan tersebut, pastikan untuk melihat cara kerja fintech dalam mengatasinya. Tanggapnya dalam menyelesaikan masalah tersebut, ini bisa meyakinkan bagi lender untuk terus menginvestasikan dana di dalamnya agar memperoleh penerimaan yang tinggi.