Bantu Perekonomian, dr. Eddy Kristianto Buat Kelompok Tumbuh Bersama
Perekonomian di Indonesia bisa dikatakan bisa berkembang menjadi lebih baik. Apalagi, menurut perkiraan IMF (International Monetary Fund) menyebutkan bahwa Indonesia bisa menempati peringkat keenam dari 10 negara dengan ekonomi terbesar di 2023 mendatang.
Namun, untuk mengupayakannya tidaklah mudah. Terlebih menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 jumlah penduduk Indonesia sekitar 9,82 persen dengan rincian 7,02 persen penduduk miskin di perkotaan dan di pedesaan sebesar 13,20 persen.
Agar bisa tercapai perkiraan dari IMF tersebut, ada salah satu upaya yang bisa dilakukan seperti yang diungkapkan oleh dr. Eddy Kristianto. Menurutnya, dari beragam masalah medis dan pengalaman hidupnya, dr. Eddy Kristianto menemukan masalah utama dalam masyarakat yakni pendidikan karakter.
Menurutnya, pendidikan karakter tanpa peningkatan kesejahteraan masyarakat juga bisa jadi sia-sia. Maka dari itu, ia tergerak untuk membantu memberikan solusi dengan membuat Kelompok Tumbuh Bersama atau KTB.
Dalam pembelajarannya, kurikulum yang digunakan oleh KTB agak unik. Dalam setiap pertemuan nantinya dr. Eddy Kristianto dan pembina dari KTB akan bergantian membawakan materi sesuai kurikulum yang sudah disiapkan.
Hal itu bertujuan agar para perserta bisa mendapatkan ilmu baru yang bisa menunjang kesehariannya. Format belajar juga dibuat seringan mungkin agar peserta mudah dalam menyerap pelajaran.
Setelah itu, akan dilanjutkan dengan konsultasi atau membuat bermacam-macam produk. Produk-produk tersebut di antaranya ialah sabun sehat, sirup, dan lain-lain. Nantinya, semua produk yang dibuat itu akan dibantu pemasarannya oleh tim KTB.
Baca juga: Keunikan Cita Rasa dari Jogja, Mie Kakap Restoran Mahkota
Kelompok tumbuh bersama binaan dr. Eddy Kristianto
Saat ini, sudah banyak KTB yang mendapat pendampingan dari dr. Eddy Kristianto. Dari sekian banyak KTB, ada 3 KTB yang berhasil diwawancarai, yaitu KTB Kumpul Sukses, KTB Maju Sukses, dan KTB BCI. Dari ketiga KTB tersebut, para anggotanya bercerita bahwa dr. Eddy telah membimbing mereka untuk membuat banyak produk bermanfaat yang sehat dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan.
“Awalnya kami membuat sirop untuk dijual menggunakan gula pasir. Namun, karena mendapat masukan dari dokter Eddy, kami mencoba menggunakan gula singkong untuk membuat sirop sehingga bisa dinikmati oleh orang yang terkena diabetes,” kata Ibu Wiyana, salah satu anggota KTB Kumpul Sukses, yang diwawancara dalam acara Maju Festival, Sabtu (21/09/2019).
KTB yang berasal dari Tangerang ini memiliki 2 jenis produk unggulan yakni selai nanas dan sirop jeruk sonkit. Untuk harganya, selai nanas (150 gr) memiliki harga Rp 20.000, sedangkan untuk sirop jeruk sonkit (330 ml) berharga Rp 30.000.
Selanjutnya, ada pula KTB BCI yang baru berdiri pada Februari lalu di Jakarta. KTB BCI ini memiliki produk unggulan berupa garam rendam kaki dengan beraneka ragam wangi yaitu lavender, green tea, rose, lemon, dan sereh. Selain itu, ada pula serum anggur, teh kelor, dan bolu.
Selama ini, penjualan paling laku ialah garam rendam kaki dengan wangi paling favorit ialah lavender dan greentea.
“Untuk saat ini, garam rendam kaki menjadi yang paling laku dengan penjualan 10 botol per harinya. Dan wangi yang paling laku ya lavender dan greentea” kata Ibu Sutarti dari KTB BCI.
KTB BCI juga mematok harga yang beraneka ragam terhadap produk yang dijualnya. Dimulai dari garam dengan ukuran 380 gram dijual dengan harga Rp 30.000, serum (20 ml) Rp 35.000, dan teh kelor (60 buah) dengan harga Rp 60.000.
Dan terakhir, ada KTB Maju Sukses yang baru mulai memproduksi barang pada April lalu. Beberapa produk yang dibuat antara lain ialah sabun rosela, sirop rosela, manisan rosela, dan jahe merah.
KTB ini lebih mengutamakan produk yang terbuat dari rosela karena khasiatnya yang beragam, seperti bisa menyembuhkan sakit lambung walaupun rasanya asam saat dibuat menjadi agar-agar. Adapun harga yang dipasang untuk berbagai produknya ialah untuk sabun Rp 25.000, sirop Rp 30.000, jahe merah Rp 4.000, dan manisan Rp 3.000.
Meski begitu, mereka masih menemui kendala dalam pemasarannya karena baru segelintir orang yang mengetahui kegunaan dari rosela.
“Ya karena masih sedikit yang tahu tentang khasiat dari rosela jadi kami hanya bisa memasarkan dengan orang terdekat saja,” kata Ibu Lie selaku anggota KTB Maju Sukses.