Plepah, Alternatif Kemasan Makanan Ramah Lingkungan yang Buat Warga Dapat Cuan
Siapa yang menyangka, limbah dari pohon pinang bisa menjadi produk bernilai? Inilah Plepah, bisnis yang menyediakan produk alternatif kemasan makanan ramah lingkungan. Bisnis yang didirikan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru ini merupakan salah satu bisnis kreatif yang sangat membantu ekosistem baik dari lingkungan maupun kehidupan masyarakat.
Seperti apa sih kisah dan perjalanan Rengkuh mendirikan Plepah ini? Simak selengkapnya di sini.
Awal Mula Plepah
Pada 2018 yang lalu, Rengkuh dan beberapa temannya ditugaskan oleh Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Bekraf untuk melakukan pendampingan kepada pelaku ekonomi kreatif di daerah-daerah. Lalu pada suatu waktu, ia ditempatkan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
“Saat saya ditugaskan ke Wakatobi, saya melihat di situ perekonomiannya bertumpu pada pariwisata khususnya aktivitas laut seperti diving, snorkeling, dan lainnya,” kata Rengkuh kepada KlikCair.
“Setelah saya melihat lebih dekat, ternyata memang isu lingkungan khususnya sampah bukan hanya di pemberitaan saja. Kami, merasakannya secara langsung. Banyak sekali tumpukan sampah di sekitar laut atau pantai Wakatobi,” ujarnya menambahkan.
Dari hal itu, Rengkuh yang memiliki latar belakang sebagai product designer memikirkan cara agar bisa mengurangi sampah. Salah satu yang terbesit di pikirannya ialah membuat wadah kemasan makanan.
Seperti yang kita ketahui, sampah bekas wadah makanan atau minuman merupakan sampah yang paling banyak dihasilkan oleh masyarakat (data sesuai dari Greenpeace Indonesia tahun 2021). Bahkan menurut data statistik lingkungan yang diluncurkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, ada selisih jumlah volume sampah yang dihasilkan masyarakat dengan jumlah sampah yang terangkut di setiap kota besar di Indonesia. Ini tentu berpotensi mencemari lingkungan. Makanya, Rengkuh makin yakin untuk membangun Plepah untuk menyediakan produk alternatif kemasan makanan yang ramah lingkungan.
“Kami melakukan riset dan mencari referensi ke beberapa negara seperti UK untuk mencari informasi soal ini di literasi Eropa. Selain itu, kami juga ke India kurang lebih 3 bulan melakukan penelitian dan melihat fenomena perilaku masyarakat dari negara-negara tersebut mengelola hidupnya dengan cara yang lebih baik untuk lingkungan,” tuturnya.
“Dari situ, kami justru tertarik dengan pendekatan India bagaimana mereka menganggap kehidupan yang ramah lingkungan bukan lagi gaya hidup yang harus dibentuk, namun memang cara mereka hidup seperti itu,” ujarnya lagi.
Sampai pada akhirnya Rengkuh dan timnya pulang ke Indonesia, mereka menyadari bahwa kegiatan seperti membungkus makanan dari bahan alam dan membawa kantong belanja sendiri sudah dilakukan sejak dahulu oleh nenek moyang. Dari hal itu, mereka akhirnya memulai project dengan nama Plepah.
Baca juga: Alasan Mengapa Pengusaha Muda Perlu Tahu Apa Itu Growth Mindset
Plepah Bantu Perekonomian Masyarakat Sekitar
Setelah memutuskan akan memulai Plepah, tentunya hal selanjutnya yang dilakukan ialah mencari dan meriset bahan utama pembuatan produknya.
“Kami mengunjungi daerah Sumatera Selatan dan jambi pada 2018 untuk meriset bahan utama pembuatan produk Plepah, yakni pelepah pinang. Namun nyatanya, pohon pinang bukanlah komoditas utama di situ,” kata Rengkuh.
Memang di daearah Sumatera Selatan dan Jambi, komoditas populenya adalah sawit atau karet. Meski begitu, ternyata ada cukup banyak masyarakat yang menanam pohon pinang untuk diambil buahnya untuk diekspor. Sisanya, seperti pelepah pinang tidak dimanfaatkan dengan baik. Bahkan, biasanya dibakar oleh warga karena dianggap limbah.
Dan ternyata, bukan hanya permasalah lingkungan saja yang dihadapi oleh masyarakat sekitar. Ada beberapa hal yang jadi perhatian Rengkuh salah satunya ialah pengelolaan sistem keuangan.
“Ya ternyata selain permasalahan lingkungan, ini juga beririsan dengan permasalahan sosial, melihat potret petani, melihat bagaimana mereka mengelola sistem keuangannya, bagaimana mereka kekurangan skill dalam mengelola komoditasnya, kesulitan dalam akses financing untuk memiliki modal, di sisi lain mereka juga tidak mempunyai lahan karena rata-rata masyarakat sekitar adalah transmigran generasi ke-3 (usia 20-30) yang memang sudah tidak memiliki lahan,” ucapnya lagi.
Dari hal tersebut, Rengkuh berkeyakinan untuk membantu dua pihak yakni People dan Planet. Makanya, ia mulai mengembangkan prosesnya yang diawali dengan mengembangkan community development. Salah satu pengembangan yang dilakukan ialah dibuatnya kelompok petani pinang, bahkan lebih jauh didorong terus sampai akhirnya mereka membangun lembaga koperasi. Dengan pengembangan ini, diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat mulai dari skill, informasi, dan juga adanya ruang untuk kesetaraan gender.
Dari sisi Planet, tim Plepah mulai menjelaskan bahwa pelepah pinang bukan hanya sebagai limbah semata. Melainkan dapat dimanfaatkan dan membawa value ekonomi yakni dibuat menjadi alternatif kemasan makanan yang ramah lingkungan.
“Kami butuh waktu kurang lebih satu tahun untuk meyakinkan masyarakat sekitar bahwa pelepah pinang ini bisa bernilai. Ini kami lakukan dengan cukup intensif,” ujar Rengkuh.
Hingga pada akhirnya, kini sudah ada setidaknya 100 kepala keluarga yang ada di Sumatera Selatan dan Jambi yang terlibat dalam proses produksi Plepah kemasan alternatif yang ramah lingkungan ini.
Produk Alternatif Wadah yang Unik
Selain terbuat dari bahan pelepah pinang, wadah alternatif yang dibuat oleh Plepah ini memiliki keunikan tersendiri. Di antaranya ialah wadah ini waterproof dan juga tahan api. Ini dibuktikan dengan bisa masuk ke microwave atau oven.
Selain itu, karena produk ini dibuat dengan bahan 100% alami, maka bisa dengan mudah diurai oleh tanah. Setidaknya, wadah ini akan diurai oleh tanah dalam waktu kurang lebih 2 minggu. Dengan kelebihan ini, tentunya cukup banyak bisnis yang ingin bekerja sama dengan Plepah.
“Untuk saat ini, kami berpartner dengan paragon Innovation untuk melakukan proses Research and Development untuk membuat kemasan produk kecantikan. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Brodo untuk dapat mengembangkan produk yang ramah lingkungan,” kata Rengkuh.
Tak lupa, Rengkuh juga menjelaskan bahwa Plepah akan terus berkembang dan melaju ke depan dengan melakukan riset mengenai material alternatif lain yang dapat digunakan seperti limbah kopi, limbah padi, dan limbah-limbah lainnya.
Sementara untuk jangka pendeknya, Plepah saat ini sedang berusaha meningkatkan kapasitas produksi lebih besar lagi dengan membuka ruang produksi baru di daerah Cibinong, Bogor.
“Selain meningkatkan kapasitas produk, kami juga berharap dapat memperpendek permintaan pasar ke ruang produksi dan juga menguatkan ruang pra produksi dengan supply. Tentunya dalam proses produksi ini tetap harus memikirkan lingkungan. Kami sedari awal sudah memikirkan bagaimana cara mengurangi karbon footprint dari produk yang diciptakan,” kata Rengkuh.
Nah bagaimana TemanKlik? Tertarik mengetahui lebih lanjut mengenai produk dari Plepah? Yuk kenalan melalui website resminya atau bisa juga kunjungi akun instagramnya di @plepah_id.
Fokuslah dalam mencari solusi (menjadi problem solver) daripada berorientasi pada profit. Sebab, profit akan mengikuti ketika solusi yang kalian buat dapat menjawab permasalahan masyarakat.
Info lebih lanjut
Website: https://www.plepah.com/
Instagram: @plepah_id (https://www.instagram.com/plepah_id/)