Awas Dompet Menjerit: Jebakan Finansial Generasi Z

Waktu baca: 3 menit

Generasi yang tumbuh di tengah pesatnya pertumbuhan media sosial dan arus digital, generasi Z dikenal kreatif, dinamis, dan melek teknologi. Gen Z memiliki akses tak terbatas ke informasi dan kemudahan. Namun, di balik kemudahan akses informasi dan transaksi, terdapat tantangan besar dalam hal pengelolaan keuangan. Gaya hidup serba cepat, paparan media sosial yang masif, dan tekanan sosial membuat banyak dari mereka yang terjebak dalam kebiasaan pengelolaan keuangan yang kurang sehat.

Mengenali permasalahan ini merupakan langkah awal untuk membangun fondasi keuangan yang lebih aman. Mari kita bedah kesalahan umum pengelolaan keuangan yang sering dilakukan Gen Z dan cara cerdas untuk menghindarinya.

Terjebak Gaya Hidup “Fear of Missing Out” (FOMO)

Perasaan FOMO atau rasa takut ketinggalan terhadap sesuatu muncul karena kita mudah terhasut unggahan teman di media sosial yang update foto liburan estetik, konser musik, atau gadget terbaru. Perasaan “tidak mau kalah” membuat banyak Gen Z memaksakan diri untuk mengikuti jejak temannya yang sebenarnya di luar kemampuan finansial mereka. Media sosial sendiri dianggap pisau bermata dua. Di satu sisi, ia menjadi sumber inspirasi dan koneksi. Di sisi lain, media sosial dapat memicu kecemburuan sosial.

Solusinya adalah sadar diri. Kita perlu tahu bahawa apa yang ditampilkan di media sosial tidak selalu mencerminkan realitas. Buatlah anggaran yang realistis dan prioritaskan pengeluaran berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan sesaat atau tekanan sosial. Alihkan fokus dari validasi eksternal ke pencapaian finansial jangka panjang yang aman.

Tidak Membuat Anggaran Bulanan

Banyak anak muda yang menganggap membuat anggaran bulanan adalah hal yang ribet, kaku, dan buang-buang waktu. Akibatnya, mereka tidak tahu kemana saja perginya uang mereka dan berapa banyak yang sudah mereka habiskan. Tidak heran, gaji hanya numpang lewat tanpa jejak, sehingga sulit untuk punya dana darurat dan investasi.

Solusinya adalah catat segala pengeluaran kamu. Ingat, memiliki anggaran bulanan berarti kamu memiliki “guide” untuk lebih mengontrol pengeluaran setiap bulannya. Mulailah mengalokasikan gaji atau pendapatan kamu setiap bulannya dengan metode sederhana 50/30/20 (50% kebutuhan, 30% keinginan, 20% tabungan/investasi).

Terjebak antara FOMO, Paylater, ajakan nongkrong, dan keinginan bebas finansial? Kamu tidak sendiri. Saatnya Gen Z melek finansial.

Nyaman dengan Paylater

Layanan “Beli Sekarang, Bayar Nanti” atau Paylater adalah solusi instan untuk memiliki barang atau liburan impian. Namun, kemudahan ini hanya akan bermanfaat jika digunakan secara bijak. Artinya, kamu harus sudah menghitung cicilan bulanan dan memastikan kondisi keuangan tetap sehat. Jika tidak diperhatikan, Paylater bisa menjadi bumerang yang menjebak Gen Z dalam lingkaran utang konsumtif dengan bunga tinggi.

Solusinya adalah gunakan dengan hati – hati. Paylater atau kartu kredit hanya untuk kebutuhan yang benar-benar mendesak, bukan untuk keinginan sesaat. Sebelum menggunakan, pahami sepenuhnya bunga dan denda keterlambatan. Biasakan menabung terlebih dahulu untuk membeli sesuatu, bukan berutang.

Investasi? Nanti Dulu

Masih banyak orang yang berpikir bahwa melakukan investasi adalah kegiatan untuk kalangan menengah keatas. Padahal, dalam dunia investasi, waktu adalah aset yang paling berharga dan tidak perlu menunggu saat kita memiliki banyak uang. Semakin dini memulai, semakin besar potensi keuntungan yang bisa didapatkan berkat kekuatan bunga majemuk atau compound interest.

Solusinya adalah pendidikan adalah kunci. Pelajari berbagai instrumen investasi yang sesuai untuk pemula, seperti reksa dana pasar uang atau saham dengan modal yang terjangkau. Banyak platform investasi digital yang kini menawarkan kemudahan untuk memulai investasi dengan dana minim. Mulailah dari jumlah kecil secara konsisten.

Tidak Memiliki Dana Darurat

Kita hidup di dunia yang penuh dengan ketidakpastian. Kehilangan pekerjaan, biaya obat yang tak terduga, atau kebutuhan mendesak lainnya bisa datang kapan saja. Sayangnya, banyak Gen Z yang belum menyadari pentingnya memiliki dana darurat sebagai jaring pengaman finansial. Hati – hati satu kejadian tak terduga bisa langsung merusak rencana keuangan kamu dan terpaksa untuk mengambil utang.

Solusinya adalah prioritaskan untuk memiliki dana darurat. Target idealnya adalah memiliki 3 hingga 6 kali pengeluaran bulanan. Mulailah menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan setiap bulan, setidaknya 10-15%, secara konsisten ke dalam rekening terpisah yang mudah diakses namun tidak digunakan untuk transaksi harian.

Kesimpulan

Mengelola keuangan adalah sebuah pembelajaran yang perlu diasah. Dengan mengenali dan memperbaiki kesalahan-kesalahan di atas, Gen Z dapat mengambil alih kendali atas masa depan finansial mereka, membangun kebiasaan yang sehat, dan mencapai kebebasan finansial yang diimpikan.

Mungkin Anda juga menyukai