Apa Itu Divestasi: Pengertian, Alasan, dan Cara Melakukannya 

Divestasi
Apa Itu Divestasi: Pengertian, Alasan, dan Cara Melakukannya. Photo by @austindistel
Waktu baca: 3 menit

Pernah dengar istilah divestasi? Jika kamu belum tahu apa itu divestasi, mungkin ini waktu yang tepat untuk memahami betul makna dari istilah yang satu ini. 

Dalam dunia saham, kamu pasti sudah familiar dengan istilah investasi. Divestasi bisa dikatakan kebalikan dari investasi. Jika kamu sudah terjun di dunia saham, mungkin kamu sudah belajar banyak mengenai saham. Akan tetapi, istilah yang satu ini tidak boleh terlewatkan. Kamu juga perlu tahu apa itu investasi dan juga apa itu divestasi.

Mengenal Apa Itu Divestasi

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, divestasi itu kebalikan dari investasi. Investasi merupakan upaya seseorang untuk menambah aset. Misalnya saja, kamu investasi saham sebuah perusahaan, maka itu artinya kamu memiliki aset tambahan berupa saham. Jadi, divestasi secara sederhana adalah pengurangan saham.

Dalam dunia bisnis, terutama perusahaan yang sudah menawarkan saham, divestasi itu hal yang lumrah terjadi. Sayangnya, banyak yang menganggap ketika perusahaan melakukan divestasi, itu menjadi pertanda bahwa perusahaan tersebut sudah tidak bagus alias selalu merugi. Hingga akhirnya divestasi dilakukan.

Memang benar ketika divestasi dilihat dari definisinya, maka konotasinya negatif. Perusahaan yang melakukan divestasi artinya perusahaan tersebut mengurangi jumlah aset yang dimiliki.

Akan tetapi, kamu harus melihat dari sudut pandang yang lain. Karena bisa saja pengurangan aset atau divestasi yang dilakukan justru untuk menambah profit perusahaan.

Kok bisa? Tentu saja bisa. Kamu perlu tahu dulu apa tujuan perusahaan hingga akhirnya melakukan divestasi. Yang jelas, sekarang kamu sudah paham arti divestasi. Jadi, secara sederhana, divestasi saham adalah upaya perusahaan untuk melepas saham kepada orang lain. 

Baca juga: Pentingnya Mengetahui Return On Equity Dalam Investasi Pasar Saham

Mengapa Divestasi Dilakukan?

Divestasi tidak seharusnya dianggap hal yang negatif. Bisa saja ini kebijakan yang bernilai sangat positif. Pasalnya, pimpinan perusahaan pasti sudah memikirkan secara matang kenapa ia melepaskan saham atau divestasi.

Setidaknya ada dua alasan yang dijadikan pertimbangan mengapa divestasi ini dilakukan. Yang pertama, divestasi dilakukan untuk men-stop kerugian yang dialami oleh perusahaan. Semua orang tahu bahwa tidak selamanya perusahaan itu untung. Mungkin satu perusahaan memiliki beberapa anak cabang produksi. Tidak semua anak cabang tersebut bagus dalam hal penjualan. Ada produk yang diterima oleh masyarakat. Ada juga yang sebaliknya, masyarakat tidak terlalu puas dengan produk tertentu.

Karena kurang mendapatkan respons positif dari publik, biasanya anak perusahaan tersebut merugi. Supaya kerugian tidak semakin parah, strategi divestasi diambil. Tujuannya agar anak perusahaan mendapatkan dana segar yang kemudian dipakai untuk menaikkan penjualan, seperti digunakan untuk menambah budget promosi, membeli mesin untuk meningkatkan kualitas barang, dan lain sebagainya. 

Jadi, divestasi dalam satu sisi memang dilakukan untuk mengurangi saham. Namun, di sisi lain, perusahaan mendapatkan tambahan modal untuk perbaikan.

Tujuan yang kedua adalah untuk mendapatkan profit. Ini sudah disinggung di alasan pertama. Hanya saja, profit biasanya didapatkan secara jangka panjang. Setelah divestasi dilakukan, perusahaan akan menggunakan dana yang didapatkan untuk perbaikan. Tujuannya agar finansial perusahaan di masa yang akan datang semakin sehat dan semakin baik. Hingga kemudian anak perusahaan yang awalnya merugi akhirnya profit.

Jadi, salah besar jika ada yang menganggap divestasi itu hal yang negatif. Jika divestasi dilakukan dengan cara yang tepat, hasilnya akan sangat positif sekali bagi perusahaan.

Bagaimana Divestasi Itu Dilakukan?

Setelah tahu tujuan perusahaan dalam melakukan divestasi, lalu bagaimana caranya? Setidaknya ada 4 metode divestasi yang sering dilakukan oleh kebanyakan perusahaan:

  1. Direct Selling

Ini metode yang paling lazim dilakukan. Bisa juga dikatakan metode divestasi direct selling ini yang paling mudah dilakukan. Jadi, yang perusahaan lakukan adalah menawarkan saham kepada pihak lain. Itu saja.

  1. Spin-Off

Ada juga metode divestasi dengan tanpa menjual saham kepada orang lain. Ini yang disebut dengan spin-off. Jadi, spin-off ini metode yang diterapkan sehingga satu anak perusahaan dilebur dengan anak perusahaan yang lainnya. Jadi, pemilik saham masih sama. Hanya saja, yang awalnya dua entitas perusahaan sekarang menjadi satu. 

Memang metode ini tidak membuat perusahaan mendapatkan tambahan uang. Akan tetapi, pengeluaran mereka jauh lebih efisien. Biasanya, metode ini dilakukan menekan kerugian karena bisa saja kerugian tersebut disebabkan beban pengeluaran perusahaan yang terlalu besar.

  1. Carve-Out

Berbeda dengan spin-off, carve-out itu upaya divestasi yang dilakukan dengan cara melepaskan diri dari perusahaan utama. Jadi, anak perusahaan ingin keluar dari payung perusahaan induk sehingga perusahaan tersebut berdiri sendiri. Ketika itulah saham perusahaan tersebut bisa ditawarkan ke publik.

Tidak semua perusahaan mau melepas anak perusahaan begitu saja dengan menerapkan metode curve-out seperti ini. Hanya anak perusahaan yang sudah siap mandiri yang biasanya akhirnya dilepas.

  1. Tracking Stock 

Jika curve-out itu membuat perusahaan keluar dari perusahaan inti, tracking stock tidak. Masih saham yang dimiliki oleh perusahaan inti.

Nah, itulah beberapa metode divestasi yang lazim dilakukan saat ini. Apa pun metodenya, tujuannya sama. Yaitu membuat keuangan perusahaan lebih baik. membuat perusahaan berkembang lebih cepat, dan akhirnya membuat perusahaan mendapatkan profit lebih banyak.

Mungkin Anda juga menyukai