Waspada Siklus Mematikan UMKM: Gali Lubang Tutup Lubang

Waktu baca: 3 menit

Istilah “gali lubang tutup lubang” bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Tidak sedikit pelaku UMKM yang menghadapi tantangan keuangan dan terpaksa menggunakan utang baru untuk menutup utang lama. Meski terlihat sebagai solusi jitu, nyatanya praktik ini justru bisa menjadi bom waktu yang mengancam kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. Siklus gali lubang tutup lubang terjadi ketika arus kas usaha tidak cukup kuat menutup kewajiban yang jatuh tempo. Agar menjaga operasional bisnis tetap berjalan, banyak pelaku usaha mencari pinjaman lain sebagai tambalan.

Kenapa Bisa Terjebak dalam Siklus ini?

Ada beberapa penyebab umum mengapa mudah terjebak dalam praktik gali lubang tutup lubang:

  1. Kurangnya Literasi Keuangan
    Banyak orang tidak memahami perbedaan antara utang produktif dan konsumtif. Akibatnya, utang digunakan bukan untuk investasi atau peningkatan aset, melainkan untuk memenuhi gaya hidup.
  2. Kurangnya Perencanaan Keuangan
    Banyak UMKM tidak memiliki pembukuan yang rapi. Tanpa laporan keuangan yang jelas, pemilik usaha kesulitan mengetahui kondisi sebenarnya, apakah sedang untung atau rugi.
  3. Kebutuhan Mendesak
    Dalam beberapa kasus, utang muncul karena kebutuhan mendesak, termasuk untuk keperluan pribadi. Namun, penting diingat untuk tidak mencampurkan antara kebutuhan usaha dan kebutuhan pribadi. Tanpa rencana pelunasan yang matang, utang justru bisa berkembang menjadi beban yang semakin berat.
  4. Tergoda Pinjaman Mudah
    Banyak pelaku UMKM tertarik dengan pinjaman cepat dengan iming-iming bunga rendah seperti pinjaman online atau fintech tanpa jaminan, tanpa memahami besaran bunga dan konsekuensinya. Hati-hati terhadap pindar (pinjaman daring) ilegal. Pastikan penyedia kredit / pinjaman terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
  5. Kegagalan Menghitung Risiko
    Tidak semua pinjaman buruk, namun jika digunakan untuk menutupi utang lain atau untuk keperluan konsumtif, risikonya sangat besar. Gunakan pinjaman dengan bijak dan sesuai dengan tujuan bisnis.

Dampak Buruk Siklus Gali Lubang Tutup Lubang

Terjebak dalam siklus ini bisa berdampak serius pada kondisi finansial. Beban bunga yang terus menumpuk membuat total utang makin membengkak. Gagal bayar atau menunggak utang bisa membuat UMKM kehilangan kepercayaan dari mitra, supplier, atau lembaga keuangan. Alih-alih ekspansi atau pengembangan usaha, energi habis hanya untuk bertahan hidup dan melunasi utang. Di sisi lain, tekanan psikologis akibat utang dapat menimbulkan stres, konflik rumah tangga, hingga gangguan kesehatan.

Siklus gali lubang tutup lubang dapat berdampak serius pada finansial dan mental.

Cara Keluar dari Siklus Gali Lubang Tutup Lubang

  1. Benahi Pembukuan
    Mulailah dengan pencatatan sederhana: pemasukan, pengeluaran, piutang, dan utang. Dengan pembukuan yang rapi, pemilik usaha bisa mengambil keputusan lebih bijak.
  2. Buat Daftar Utang
    Catat seluruh utang, termasuk jumlah, suku bunga, dan jatuh tempo. Dengan begitu, Anda bisa melihat gambaran utuh dan menyusun strategi pembayaran.
  3. Tinjau dan Konsolidasi Utang
    Dengan adanya pembukuan usaha dan daftar utang kita sebagai pelaku UMKM dapat melakukan evaluasi seluruh utang. Jika memungkinkan, lakukan konsolidasi atau negosiasi ulang untuk meringankan bunga dan cicilan.
  4. Tentukan Prioritas Pembayaran
    Fokuskan pada utang dengan bunga tinggi terlebih dahulu, lalu lanjutkan ke utang lainnya. Selesaikan segala utang untuk memperingan beban keuangan usaha.
  5. Manfaatkan Pendampingan UMKM
    Banyak lembaga seperti koperasi, dinas UMKM, atau inkubator bisnis yang menawarkan pelatihan dan konsultasi keuangan gratis. Manfaatkan ini untuk meningkatkan kapasitas manajerial dan menjalin kolaborasi dengan pelaku UMKM lainnya.

Kesimpulan: Saatnya Menjadi Lebih Cerdas Finansial

Gali lubang tutup lubang bukanlah solusi, tapi pertanda ada yang perlu dibenahi dalam manajemen usaha. UMKM sebagai salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia harus dibekali dengan pendampingan dan literasi keuangan yang memadai. Oleh karena itu, mulailah dari yang sederhana: catatan keuangan, disiplin arus kas, dan berutang secara bijak. Jika dikelola dengan benar, UMKM bisa keluar dari jerat utang dan berkembang secara sehat. Karena sejatinya, mengelola uang bukan tentang berapa banyak yang kita hasilkan, tapi seberapa cerdas mengelola uang dan risiko.

Mungkin Anda juga menyukai